Minggu, 25 Desember 2011

PLTD APUNG I

Kapal ini memiliki berat 2.600 ton. Memiliki panjang 63 meter dan luas 1.900 M2. Coba anda bayangkan, betapa besar dan berat kapat tersebut jika di angkat menggunakan tangan manusia, bahkan para jagoan penarik tambang pada acara 17 san bakal bertekuk lutut mengalah pada kapal ini.heheheee... 

Tapi hal itu tidak berlaku buat sang gelombang Smong (istilah Tsunami masyarakat simeulu) atau ie beuna, kapal ini dihempasnya ketengah pemukiman warga Punge Blang Cut, Banda Aceh, dan terparkir mulus berdekatan dengan Mesjid Punge Blangcut. Dulu beberapa waktu sebelum Tsunami saya sempat berkunjung dan melihat kapal tongkang itu di pelabuhan ulee lhee, kira-kira jarak dari tempat kapal ini parkir saat ini berjarak +/- 3 km.

Saat ini tempat parkiran tongkang pembangkit listrik milik PT.PLN Persero ini telah menjadi salah satu objek wisata Tsunami yang ramai di kunjungi warga, tidak kurang 300 wisatawan lokal dan manca setiap harinya berkunjung ketempat ini.

Jika Anda berkunjung komplek Wisata PLTD Apung ini anda juga akan mendapatkan berbagai informasi Tsunami dan berbagai foto Musibah Tsunami di Aceh di taman Edukasi yang ada di sana. 

Satu lagii, saya mau promo dikit, yang mau miniatur PLTD Apung, tinggal hubungi kami aja yaaaa....
Ini barangnya Gan:D


 


















Jumat, 25 November 2011

LONCENG CAKRADONYA

Konon lonceng cakradonya ini sering berbunyi sendiri saat banjir akan melanda Kutaraja (nama lain dari kota Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh), demikian cerita dari teman saya yang sumbernya tak bisa saya pertanggung jawabkan.heheee..
Tapi cerita yang sebenarnya dibalik cakradonya yang penuh Misteri itu yang harus kita tau adalah...asal- muasal lonceng cakradonya, itu yang paling penting!!
Artikel yang saya baca menyatakan lonceng ini merupakan pemberian dari Laksamana Cheng Ho, seorang Kaisar Cina kepada Sultan Iskandar Muda pemimpin Kerajaan Aceh pada masa itu. Pemberian lonceng ini dalam rangka mengikat hubungan persahabatan dan kerjasama antara dua kerajaan di negara yang berbeda. Lonceng ini berukuran 11/2 m dan lebar 1 m. Nama Cakradonya adalah nama armada perang Sultan Iskandar Muda, yang mana cakra berarti kabar sedangkan donya artinya dunia. Lonceng cakradonya berfungsi sebagai media untuk menyampaikan kabar kepada dunia, termasuk isyarat perang di masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Pada bagian atas lonceng ini terdapat tulisan aksara Tionghoa dan Arab. Aksara Tionghoa yang tertulis adalah "Sing Fang Niat Toeng Juut Kat Yat Tjo", namun tulisan aksara tersebut sudah tidak terbaca lagi karena sudah dimakan usia. Mulanya Lonceng raksasa yang merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang bermutu tinggi ini diletakkan di dekat Masjid Raya Baiturrahman yang berlokasi di kompleks Istana Sultan. Namun kini Lonceng Cakradonya telah dipindahkan ke Museum Aceh dan ditempatkan dalam sebuah kubah di halaman museum tersebut sejak tahun 1915. Hingga kini Lonceng raksasa ini menjadai simbol atau icon khusus Aceh.
Uda Pada taukan RAKAN??! ;)

Satu lagii, ulon mau promo dikit, yang mau miniatur lonceng ini, tinggal hubungi kami aja yaaaa....
Ini barangnya Gan :


 

MARS AGAM INONG ACEH

Kami Agam Inong Aceh
Siap melangkah mengatur rencana
Membangun dan lestarikan budaya
Memajukan pariwisata

Tercipta rakyat makmur sejahtera
Itulah tujuan kita
Menerapkan status Sapta Pesona
Dibumi Iskandar Muda

Reff..
Mari rakan..Mari taulan..
Berikan teladan kita
Rakyat adil, makmur sentosa
Dambaan kita bersama

Negri indah luar biasa
Serambi Mekkah julukannya
Syariat Islam landasannya
Hukum Islam siap dijaga

Agam Inong Aceh Duta Wisata
Buktikan kemata dunia
Aceh adalah tujuan wisata
Terukir indah dalam asa

(Back to reff)